You are here
Pengabdian UNY Dorong Pembuatan dan Manajemen Bank Sampah di Desa Jatisarono, Nanggulan, Kulon Progo

.
Komitmen dalam memperkuat kesadaran dan kemandirian warga dalam pengelolaan sampah berkelanjutan kembali ditunjukkan oleh Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) melalui pertemuan lanjutan yang diselenggarakan pada Sabtu, 9 Agustus 2025 di Balai Desa Jatisarono, Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo. Acara ini diawali dengan sosialisasi pada hari Sabtu, 21 Juni 2025, kemudian pertemuan kedua pada hari Sabtu, 26 Juli 2025 membahas mengenai manajemen pengelolaan sampah berbasis rumah tangga yang menekankan pada praktek pemilihan dan prosesnya dengan pembagian kelompok peserta menjadi 4 kelompok dan diakhiri dengan pertemuan ketiga pada hari Sabtu, 9 Agustus 2025. Pertemuan ketiga ini berjudul “Pembuatan, manajemen, dan administrasi bank sampah untuk ibu-ibu PKK serta pelatihan pembuatan Ecoenzym dari sampah rumah tangga” secara khusus difokuskan pada pendampingan teknis pengelolaan bank sampah bagi Ibu-Ibu PKK, sebagai tindak lanjut sosialisasi ekonomi sirkular dan produksi ecoenzym sebelumnya.
Tim pengabdi dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang diketuai oleh Ibu Prof. Dr. Dyah Purwaningsih, M.Si, dengan anggota tim diantaranya Ibu Dr. Kun Sri Budiasih, Bapak Dr. Moh Irsyad Fahmi MR, M.Pd.I selaku dosen UNY dan segenap mahasiswa S2 & S1 di antaranya Heni Kartika Indriyani S.Pd., Wiqy Mufarrihaturrahma Mustaqimal Hikam, S.Pd., dan Brian Mazzada Hafidz yang melibatkan mitra kerja sama dengan ketua PKK Desa Jatisarono Nanggulan Ibu Uti Suryati dan LSM: Yayasan Lestari Semangat Mandiri yang diketuai oleh Bapak Agus Hartono yang berupaya mendorong kesadaran melaksanakan kegiatan Manajemen Bank Sampah di Desa Jatisarono, Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo. Kegiatan ketiga ini merupakan upaya memulai sekaligus merancang pengelolaan bank sampah di Desa Jatisarono, dengan fokus pada pembentukan pola dan manajemen yang tepat. Selama ini di desa tersebut belum pernah ada bank sampah, sehingga kegiatan ini menjadi langkah awal sekaligus dasar analisis untuk penerapan dan pengembangannya di masa mendatang.
Menurut tim pengabdi, mempertahankan keberlanjutan program bank sampah jauh lebih menantang dibanding membangun dari awal. Hal ini membutuhkan empat pilar utama, yaitu: (1) local champion yang mandiri dan inovatif, (2) komitmen yang kuat, (3) kejujuran, serta (4) inovasi tiada henti.
Secara regulasi, pengelolaan sampah mengacu pada UU No. 18 Tahun 2008 yang membagi prinsip pengelolaan menjadi dua: pengurangan (reduce) serta pemanfaatan (reuse dan recycle). Sementara itu, sesuai Permen LH No. 13 Tahun 2012, bank sampah merupakan tempat pemilahan dan/atau pengumpulan sampah yang dapat didaur ulang maupun digunakan kembali dan memiliki nilai ekonomi. Secara historis, istilah bank sampah muncul sebagai strategi agar ide pengelolaan sampah lebih mudah diterima masyarakat, khususnya untuk kategori sampah layak jual.
Adapun komponen bank sampah terdiri dari:
- Penabung: masyarakat penghasil sampah,
- Pengelola: Direktur, Wakil Direktur, Teller,
- Pembeli sampah: pedagang rosok, pengepul.
Instrumen yang digunakan antara lain: (1) buku rekening tabungan sampah, (2) slip setoran, (3) timbangan, dan (4) buku induk tabungan sampah.
Kegiatan ini dihadiri sejumlah ibu-ibu PKK, narasumber, dan tim pengabdi dari UNY. Materi pelatihan meliputi proses pengelolaan sampah berbasis masyarakat, prinsip pengelolaan sampah, dan manajemen bank sampah. Ibu-ibu PKK secara antusias membentuk kepengurusan untuk menjalankan bank sampah tersebut, bahkan terkait kelanjutan ini sudah ditentukan untuk sesi pertama akan mengunjungi perdukuhan krinjing lor guna mensosialisasikan dan membentuk kepengurusan untuk mengelola manajemen bank sampah tersebut. Kegiatan interaktif ini diselingi sesi kuis berhadiah seputar materi klasifikasi sampah dan tata kelola bank sampah. Antusiasme peserta terlihat dari semangat menjawab pertanyaan, menunjukkan pemahaman yang meningkat. Pada sesi lanjutan, Ibu-Ibu PKK secara berkelompok menyusun rencana konkret pembentukan bank sampah per dukuh, termasuk penentuan lokasi, jadwal pengumpulan, dan pembagian tugas pengelolaan.
Sebagai langkah lanjutan, Desa Jatisarono merencanakan penerapan manajemen bank sampah di tingkat perdukuhan. Tahap pertama akan dimulai di Dukuh Krinjing Lor yang melibatkan sekitar 60 kepala keluarga (KK). Langkah ini diharapkan menjadi model percontohan sebelum diterapkan di dukuh-dukuh lain, sehingga pengelolaan sampah dapat lebih terintegrasi dan dekat dengan warga.
Pihak UNY menyatakan siap membantu kelanjutan pembentukan bank sampah dengan menyumbangkan kebutuhan alat tulis kantor (ATK) dan perlengkapan pendukung operasional lainnya, bukan dalam bentuk uang. Hal ini dilakukan agar bantuan lebih tepat sasaran. “Kalau diawali dengan uang justru berpotensi tidak berjalan, tetapi dengan perlengkapan yang langsung mendukung operasional, prosesnya akan lebih efektif,” ujar perwakilan tim pengabdi.
Ibu Uti Suryati selaku Ketua PKK Desa Jatisarono sekaligus Ibu Lurah, menyampaikan apresiasi atas program ini. "Dengan pendampingan ini, kami akan mengusahakan terciptanya bank sampah di Jatisarono dengan melibatkan lebih banyak warga guna menjaga lingkungan," ujarnya.
Sebagai penutup, Tim PKM UNY membagikan souvenir tas kreasi kain perca bukti nyata pemberdayaan sampah menjadi produk bernilai ekonomi. "Tas ini hasil kreativitas mengubah limbah menjadi sumber pendapatan," ungkap Prof. Dr. Dyah Purwaningsih, M.Si. (Ketua Tim PKM UNY). Kegiatan diakhiri dengan komitmen bersama menjalankan bank sampah per dukuh secara bertahap, menjadikan Ibu-Ibu PKK sebagai motor penggerak ekonomi sirkular di tingkat lingkungan dan menjadi bagian dari komitmen UNY untuk mengembangkan desa ramah lingkungan sekaligus mendorong kemandirian ekonomi melalui pengelolaan sampah yang inovatif, transparan, dan berkelanjutan.
PERPUSTAKAAN
Copyright © 2025,